Minggu, 15 Maret 2020

KEBUDAYAAN di ERA MILENIAL VZ TIK-TOK?

KEBUDAYAAN Milenial, Sekarat atau Melekat??
Inilah tanggapan Richard lewat blog pribadinya.

Budaya Bertanya;
Narasumber : Richard.


1 . Kebudayaan Minahasa di Tahun Milenial? Sekarat atau bahkan lebih melekat?" Apa tanggapan anda tentang itu?

     "Saya (ichad) kecewa, mengapa?..
Saat ini, Tahun Milenial, Tahun di mana kita di pertemukan pada yang Namanya penjajahan, bukan penjajahan angkatan bersenjata dan bukan juga penjajahan Agama, bahkan ini lebih parah lagi menurut saya.
Budaya, ya budaya. Contoh kecil saja Opening Ceremony Liga 2020 yang biasanya menggunakan tari Budaya Indonesia, kini di ganti dengan Tik-tok, Beribu-ribu tarian Adat di indonesia hanya bisa di kalahkan lewat 1 Aplikasi saja?..
Okelah itu di luar minahasa, tapi di daerah minahasa ini, baik Tomohon, Manado, Tondano dsb. Remaja kita seperti di hipnotis, maksud saya begini; kok bisa yah sekali mencoba langsung ketagihan? Sekali di coba, bisa langsung 2x sampai 3x bahkan sampai berulang-ulang kali, dan sedangkan tarian Daerah baik itu Minahasa atau tarian daerah lainnya jika di suru pelajari apa mereka akan ketagihan? Apa mereka mau bila di suru? Tidak kan, kalo pun mau... ya bersyukur, tapi bagi sebagian besarnya yang hanya menginginkan budaya Asing seperti tik-tok? Saya bilang budaya asing karena setahu saya, Tiktok itu berasal dari China, tapi kok bisa menarik keinginan milenial dengan sekali coba? Bukannya itu seperti di hipnotis,. 

"Torang ini di jajah, torang pe budaya sekarat, kong sapa yang mo jadi pahlawan? Ya Torang samua anak muda."
(Saat ini kita di jajah, Kebudayaan kit sekarat, Lantas siapa yg akan menjadi pahlawannya? Kita. Ya kita semua anak-anak Milenial,.) "


2 . Banyak yang berkata kalau bermain tik-tok itu hanya untuk menghibur diri, sehingga timbul sebuah kalimat ajakan bagi yang Galau, "Lebih baik main tiktok dari pada bunuh diri". Pantaskah?

     "Sejenak memang saya tertawa saat mendengar atau memnaca kalimat itu..Okelah nggak apa-apa jika kita memainkan Aplikasi itu untuk menghibur diri, tapi jangan kelewatan seperti yang saya katakan tadi, yaitu mengganti Budaya jadi Aplikasi,. Kalau mau hibur diri lewat tik-tok Silahkan, tapi setidaknya tolonglah sisipkan waktu untuk mempelajari Budaya, mengenang para leluhur, melestarikan Aset Budaya yang nyaris punah karena sebuah aplikasi.. "

3 . Apa yang Menjadi Pesan Anda Untuk Mereka Para Tiktokers Minahasa? 

""Pertama ya minta maaf sebelumnya, saya bukannya melarang untuk main Tiktok, tapi setidaknya kasihlah peluang waktu sedikit saja untuk Kebudayaan,
Beking ngoni pe nene" tete' leluhur Minahasa tersenyum ja lia pa ngoni rajin deng semangat melestarikan budaya"
dan untuk saat ini, saya yakin, mereka para leluhur Minahasa, pasti menangis melihat sikap cucu-cucu mereka yang hanya sibuk dengan budaya luar, tetapi budaya sendiri tidak mereka gunakan."


********
Jendelasulut.com







Tidak ada komentar:

Posting Komentar